Bagi anda pembaca, seringlah bersyukur memiliki mata yang normal. Belum mengalami yang namanya minus. Sehingga kemana-mana tidak perlu membawa dan memakai kacamata.
Saya akan bercerita sedikit tentang kacamata dan mata. Sudah kebiasaan ketika berjamaah seperti biasa, saya memakai kacamata namun ketika sholat pasti saya melepasnya. Dan kemudian meletakkan dibawah tepat disamping tempat sujud saya. Mungkin bagi beberapa orang yang terbiasa berjamaah sudah hafal dengan kebiasaan saya tersebut.
Entah apa yang terjadi, semalam saya sudah merasa tidak enak hati ketika melihat beberapa anak yang mondar mandir. Pertama, ada seorang anak lari-lari keluar masuk tempat berjamaah, sudah merasa tidak nyaman. Dan benar, ketika dia berlari keluar diwaktu para jamaah mengikuti imam, langsung keinjak. Saya pinggirkan dan kutata agar aman. Dan saya masih memaklumi dan memahami karena masih anak-anak. Tetapi, saking seringnya dia berlalu lalang didepan shaf sholatku, keinjak kedua sampai berbunyi krek. Tanpa sepengetahuan pendampingnya.
Posisi masih sholat, tentu membuat hatiku bertanya dan berkata ketika sholat. Artinya sudah tidak konsentrasi. Langsung kuperiksa ulang, dan ternyata benar, gagang kacamataku yang satu tak berfungsi dan bengkok. Untungnya tidak sampai patah, namun dipakai benar-benar sudah tidak nyaman.
"Duh gusti paringi sabar" (kataku dalam hati). Tiba-tiba keronto-ronto (menangis) merasa duh mataku, yang dulunya indah tak memakai kacamata, tapi sekarang harus memakai kacamata dan masih diinjak orang pula. Allah masih betul-betul menyayangi saya, masih beruntung kacamata yang kubawa bukan kacamata kerja, melainkan kacamata aktivitas. Sehingga saya tak perlu gelisah yang terlalu.
Ada hal yang sangat saya sayangkan adalah, mengapa anak tersebut seakan tidak merasa bersalah bahkan tidak merasa menginjak sesuatu. Sebab, kejadian tersebut sudah kedua kalinya. Bahkan kedua itu cukup parah, sebab sampai kesempar melebihi tempat sajadahku. Orang yang di sampingku sampai bertanya kepada anak tersebut. Entah detailnya bagaimana yang intinya kenapa sering keluar masuk. Memang saya sebagai orang dewasa harus benar-benar memaklumi anak kecil tersebut.
Sehingga banyak pelajaran ketika hal ini terjadi, minimal tips yakni jika memang memakai kacamata dan ketik sholat harus melepasnya jangan lupa untuk membawa wadahnya atau tempat kacamata. Kedua, tidak perlu memakai kacamata dari rumah. Ketiga, letakkan kacamata diatas yang sekiranya tidak terjangkau orang berjalan. Keempat, jika terpaksa pakai saja kacamata untuk sholat.
Nah sebagai orang tua harus sangat bijaksana. Ditempat ibadah yang notabennya tempat umum harusnya memahami dan mengerti. Tidak seenaknya menginjak-injak sajadah orang. Minimal permisi, nyuwun sewu, mohon maaf ketika mau lewat. Meminimalisir ketidak nyamanan mengingat masjid adalah tempat ibadah dan tempat yang suci. Anehnya, banyak dikalangan orang tua dan masyarakat kurang memahami hal tersebut.
Mereka berprinsip untuk membangun kebiasaan belajar di masjid, namun lupa akan ketertiban yang dijaga. Bahkan ketika diberikan masukan, banyak yang kecewa dan kembali menyalahkan.
Saya tekankan kembali, tidak dilarang ke masjid membawa putra putri yang masih kecil. Tetapi harus bijaksana dan mengingatnya. Selain itu sebagai orang dewasa harus benar sadar betul kewajiban dan hak. Mungkin saya menulis hal ini banyak yang setuju dan tidak, tetapi setidaknya ini benar-benar menjadi pelajaran bagi semuanya. So tetap semangat.